Uji Kompetensi Hal : 33
1)
Mengapa para ahli banyak
melakukan penelitian manusia purba di bantaran sungai ?
Jawab :
Karena, pada waktu
zaman purba, manusia purba banyak yang bergantung dengan alam, hidupnya tidak
menetap dan dimana ada sumber makanan, ditempat itulah mereka berada. Karena
sungai menyimpan banyak sumber makanan seperti ikan, air yang mencukupi.dll. di
bantaran sungai pun banyak tumbuhan yang hidup, tanahnya yang subur. Jadi,
banyak manusia purba yang hidup dan matinya ada di bantaran sungai.
2)
Jelaskan ciri dan mengapa hasil
penelitian Dubois di Trinil disebut sebagai jeni Pithecanthropus erectus (kera
yang berjalan tegak) ?
Jawab :
Ciri- ciri Pithecanthropus Erectus
- Hidung, kening dan mulutnya menonjol
- Mukanya lebar
- Tulang rahangnya kuat
- Giginya kuat dan besar
- Jalannya tegak
- Volume otaknya 900 cc
- Tinggi sekitar 165-180 cm
- Berat badannya kira- kira 104 kg
Hasil penelitian
Dubois di Trinil dinamakan Pithecanthropus Erectus karena setelah
di teliti secara lanjut/detail, terbentuk kerangka manusia namun masih terlihat
tanda – tanda kera, dan tulang pahanya tegak seperti dapat berjalan tegak.
Kemudian hasil penelitian tersebut disebut jenis Pithecanthropus Erectus yang
artinya kera yang berjalan tegak
3)
Menurut pendapat kamu,
bagaimana manusia purba bisa menyebar ke dalam wilayah Kepulauan Indonesia
bahkan sampai ke luar Kepulauan Indonesia ?
Jawab :
Manusia purba dapat
menyebar ke dalam wilayah Kepulauan Indonesia untuk mencari buruan makanan,
hidup manusia purba berpindah – pindah (nomaden), perpindahan itu dimaksudkan
mencari tempat yang pas, cocok, banyak makanan dan menghindari fenomena alam
yang tidak menentu. Jadi, dengan manusia purba berpndah-pindah tempat, mereka
tidak hanya terkumpul dalam suatu wilayah akan tetapi, menyebar sampai wilayah
Indonesia, bahkan sampai ke luar wilayah kepulauan Indonesia.
4)
Buatlah karya ilmiah (2-3
halaman) dengan tajuk, Sangiran Laboratorium Manusia Purba !
Jawab :
KARYA ILMIAH TAJUK
SANGIRAN LABORATORIUM MANUSIA PURBA
Sangiran merupakan sebuah situs arkeologi (Situs Manusia Purba) di Jawa, Indonesia dan terlengkap di Asia. Sangiran terletak disebelah utara Kota Solo dan berjarak sekitar 15 km
(tepatnya di desa krikilan, kec. Kalijambe, Kab.Sragen). Gapura Situs Sangiran
berada di jalur jalan raya Solo Purwodadi dekat perbatasan antara Gemolong dan
Kalioso (Kabupaten Karanganyar). Gapura ini dapat dijadikan penanda untuk
menuju Situs Sangiran, Desa Krikilan. Jarak dari gapura situs Sangiran menuju
Desa Krikilan ± 5 km. Situs Sangiran memunyai luas sekitar 59, 2 km² (SK
Mendikbud 070/1997) secara administratif termasuk kedalam dua wilayah
pemerintahan, yaitu : Kabupaten Sragen (Kecamatan Kalijambe, Kecamatan
Gemolong, dan Kecamatan Plupuh) dan Kabupaten Karanganyar (Kecamatan Gondangrejo),
Provinsi Jawa Tengah (Widianto & Simanjuntak, 1995).
. Areanya seluas 56 km² berada di kaki Gunung Lawu, Jawa Tengah, atau di lembah
Sungai Bengawan Solo. Sangiran memberi
informasi lengkap tentang sejarah kehidupan manusia purba meliputi habitat,
pola kehidupannya, binatang yang hidup bersamanya, hingga proses terjadinya
bentang alam dalam kurun waktu tidak kurang dari 2 juta tahun (Pliosen Akhir
hingga akhir Pleistosen Tengah).
Sementara itu, Museum Sangiran masih berlokasi di sekitaran
situs arkeologi ini. Di sini Anda dapat melihat sekitar 13.809 koleksi
fosil manusia purba dan merupakan terlengkap di Asia. Ada juga fosil hewan
bertulang belakang, fosil binatang air, batuan, fosil tumbuhan laut, alat-alat
batu, dan beberapa jenis hewan seperti badak, sapi, rusa, banteng, dan kerbau.
Tersedia juga ruang audio visual untuk menyaksikan fosil tinggalan kehidupan
masa prasejarah di Sangiran. Museum Sangiran saat ini menjadi sebuah museum
megah dengan arsitektur modern. Di sini anda dapat melihat dari dekat koleksi
fosil manusia purba, binatang yang hidup pada masa itu, hingga peralatan yang
digunakannya.
Situs Sangiran
merupakan obyek wisata ilmiah yang menarik. Tempat ini memiliki nilai tinggi
bagi ilmu pengetahuan dan merupakan aset Indonesia. Pada tahun 1977 Sangiran ditetapkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Indonesia sebagai cagar budaya. Oleh karenanya Dalam sidangnya yang ke 20
Komisi Warisan Budaya Dunia di Kota Marida, Mexico. Tahun 1996 Sangiran
terdaftar dalam Situs Warisan Dunia UNESCO sebagai World Heritage (No.
593, dokumen WHC-96/Conf.201/21).
Sejak ditetapkannya sebagai World Heritage oleh UNESCO,
Sangiran memberi sumbangannya terhadap perkembangan ilmu pengetahuan di dunia
khususnya ilmu arkeologi, geologi, paleoanthropologi, dan biologi. Dilihat dari
hasil temuannya, Situs Sangiran merupakan situs purbakala yang paling lengkap
di Asia bahkan di dunia.
Situs Sangiran mencakup tiga kecamatan di Kabupaten Sragen yaitu
Kalijambe, Gemolong dan Plupuh serta Gondangrejo di Kabupaten
Karanganyar. Awalnya Situs Sangiran adalah sebuah kubah penelitian yang
dinamakan Kubah Sangiran kemudian tererosi bagian puncaknya sehingga
membentuk sebuah depresi akibat pergerakan dari aliran sungai. Pada depresi itu
ditemukan lapisan tanah yang mengandung informasi tentang kehidupan di masa
lampau.
Tahun 1934 antropolog Gustav Heinrich Ralph von Koenigswald
memulai penelitian di area tersebut. Pada tahun-tahun berikutnya dari hasil
penggalian ditemukan fosil Pithecanthropus erectus atau Manusia Jawa.
Ada sekitar 60 lebih
fosil lainnya di antaranya fosil Meganthropus palaeojavanicus yang
ditemukan di situs ini.
Kawasan
Sangiran menyimpan misteri yang sangat menarik untuk diungkap. Manusia purba
jenis Homo erectus yang ditemukan di wilayah Sangiran ada sekitar lebih
dari 100 individu yang mengalami masa evolusi tidak kurang dari 1 juta tahun.
Jumlah ini mewakili 65% dari seluruh fosil manusia purba yang ditemukan di
Indonesia dan merupakan 50% dari jumlah fosil sejenis yang ditemukan di
dunia. Jenis Homo erectus yang ditemukan adalah dari masa Pleistosen
Awal dan Pleistosen Tengah, dan mungkin juga pada Pelistosen Akhir. Manusia
jenis ini mempunyai ciri-ciri tinggi badan kurang lebih 165-180 cm dengan
postur yang tegap, tetapi tidak setegap Meganthropus. Mereka memiliki
geraham yang masih besar, rahang kuat, tonjolan kening tebal serta melintang
pada dahi dari pelipis ke pelipis dan tonjolan belakang kepalanya nyata, dagu
belum ada dan hidung lebar. Perkembangan otaknya baru memiliki volume sekitar
800-1100 cc dan manusia ini digolongkan dalam Homo erectus arkaik.
Selain
fosil manusia purba, di Sangiran ada juga fosil hewan bertulang belakang
hingga cangkang molusca. Fosil vertebrata ditemukan di semua lapisan (Kalibeng,
Kabuh, dan Notopuro). Ditemukan juga fosil gajah purba, badak, banteng,
sapi, kerbau, dan rusa. Diperkirakan hewan-hewan tersebut hidup sezaman dengan Homo
erectus dan menjadi binatang buruan mereka.
Keseluruhan
fosil yang telah ditemukan sampai saat ini sebanyak 13.809 buah. Sebanyak 2.934
fosil disimpan di Ruang Pameran Museum Sangiran dan 10.875 fosil lainnya
disimpan di gudang penyimpanan. Beberapa fosil manusia purba disimpan di Museum
Geologi Bandung dan Laboratorium Paleoanthropologi Yogyakarta.
Ladang
fosil di situs Sangiran sangat khas, Anda dapat melihat jelas pada bagian yang
bertebing curam yaitu stratigrafi yang menunjukkan empat formasi (lapisan
tanah). Stratigrafi merupakan studi mengenai sejarah, komposisi dan umur relatif
serta distribusi perlapisan tanah dan interpretasi lapisan-lapisan batuan untuk
menjelaskan sejarah Bumi.
Keberadaan Kawasan Sangiran
sangatlah penting dan menarik, secara nyata Anda dapat melihat lokasi temuan
dan lapisan stratigrafi yang sudah berumur jutaan tahun. Saat ini arealnya
seluas 56 km² tersebut masih dihuni oleh masyarakat sekitar Sangiran. Sangiran
merupakan aset yang sangat penting secara nasional maupun internasional.
5) Coba kamu inventarisir berbagai
situs dan tinggalan manusia purba di daerah kamu masing-masing !
Jawab
:
NO
|
NAMA SITUS
|
FUNGSI PADA MASA LALU
|
FUNGSI PADA MASA SEKARANG
|
LETAK ( KECAMATAN atau KABUPATEN)
|
1
|
SITUS BATUR AGUNG
|
PEMUJAAN ARWAH NENEK MOYANG
|
WISATA BUDAYA
|
BASAH, KEDUNG BANTENG, PURWOKERTO
|
2
|
SITUS CIPARI
|
TEMPAT PEMUJAAN ARWAH
|
CAGAR BUDAYA
|
KUNINGAN, JABAR
|
3
|
SITUS GUA PUTRI
|
TEMPAT TINGGAL KOLONI MANUSIA
PURBA
|
WISATA BUDAYA
|
BATU RAJA, SUMATERA SELATAN
|
4
|
SITUS LIANG BUA, GUA KARST
|
TEMPAT TINGGAL MANUSIA PURBA
|
CAGAR BUDAYA
|
FLORES
|
5
|
SITUS SANGIRAN
|
TEMPAT TINGGAL MANUSIA PURBA
|
CAGAR BUDAYA, MUSEUM, LABORATORIUM
|
LEMBAH SUNGAI BENGAWAN SOLO,
SANGIRAN
|
6
|
SITUS GUNUNG PADANG
|
PEMUJAAN MASYARAKAT
|
CAGAR ALAM DAN BUDAYA
|
KARYAMUKTI, CAMPAKA, CIANJUR
|
7
|
SITUS SOKOLIMIN
|
PEMUJAAN MASYARAKAT
|
CAGAR BUDAYA
|
BEJOHARJO, KARANGMOJO, CIANJUR
|
8
|
SITUS CANDI BEDINGIN CEBONGAN
|
PEMUJAAN MASYARAKAT
|
CAGAR BUDAYA
|
BEDINGIN, SONDANGADI, MLATI,
SLEMAN
|
9
|
SITUS WATU GILANG
|
TEMPAT PERTAPA
|
CAGAR BUDAYA
|
BANGUNTAPAN, BANTUL
|
Hal : 63
- Coba kamu diskusikan mengapa manusia purba membuat peralatan dari bebatuan, kayu dan tulang?
- Peralatan yang dibuat oleh manusia purba dari batu dapat digunakan sebagai alat serba guna, coba jelaskan dan beri contoh.
JAWAB
- . Manusia purba membuat peralatan dari bebatuan, kayu, dan tulang. Serta mereka belum bisa mengolah logam. Jadi, mereka membuat peralatan dari bahan-bahan yang ada di sekitarnya saja.
- Zaman batu tua (paleolitikum) :
- Kapak genggam
- Kapak Perimbas
- Alat Serpih (Flake)
Zaman batu tengah (Mesolitikum):
- Kapak Genggam Sumatera (pebble culture)
- Kapak pendek
Zaman batu muda (Neolitikum):
- Kapak persegi
- Kapak lonjong
- Kapak bahu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar